3/22/2010

9-5


Orang Indonesia, katanya, pemalas dan suka libur. Mungkin benar juga. Coba saja anda lihat suasana kantoran. Para karyawan itu peka sekali dengan jam kerja. Mereka cepat beres-beres meja kerja sebelum jam kerja usai, jam 5 sore. Begitulah. Tapi memang faktanya begitu. Mereka itu bekerja hanya untuk bekerja dan pulang. Bahkan parahnya lagi, mereka sangat hafal hari-hari libur yang ditandai dengan warna merah di kalender. Jika satu hari libur terjepit di antara hari yang tidak merah, maka sekalian aja dijadikan hari libur. Hari kejepit pun digenapkan dengan cara mengambil cuti. Inikah Indonesia?

Bangsa Indonesia, sebagian besar memang suka libur yang panjang-panjang. Bekerja, mungkin dianggap sebagai hal yang menyiksa. Ada nggak yang bilang kerja itu mengasyikkan? Mungkin ada, tapi jarang.
Mental seperti ini, sudah kita nikmati ketika kita masih duduk di bangku sekolah. Apalagi sekolah negeri yang disubsidi pemerintah. Para guru yang kebetulan pegawai negeri memang agak setengah hati mengajar. Para siswa pun bahagia. Kalau bisa tiap hari, sang guru malas mengajar. Biar pulang cepat atau libur aja sekalian.
Jadi, ketika siswa-siswa itu lulus dan masuk kerja, mental itu makin berkarat.
Jam kerja standard di negeri ini adalah nine to five, 9-5. Tapi efektifkah jam kerja kita? Ada joke untuk karakter karyawan kita yang buruk itu, tapi saya agak enggan membaginya di sini. Terlalu sadis, sinis dan apatis. Singkat cerita, di dalam joke itu, orang Indonesia lebih malas dibanding Korea, Jepang, bahkan Filipina sekalipun.
Dengan mental seperti ini, mesin-mesin kerja di negeri ini bergerak dengan lamban dan lemah.

Artikel Terkait Lain



0 komentar:

Blog Widget by LinkWithin
 

Jurnalisme Blog. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com