Musik dan menulis bagai saudara kembar dalam hidup. Dalam menulis, irama musik harus hidup, mengalir, melodius. Kalau tidak, sampai mampus tidak sedap dibaca, kering, bikin muak pembaca. Ini tidak sulit, jika kita suka musik. Letakkan saja setiap kalimat dengan seenak hati.
Jika dalam pembukaan sebuah musik atau lagu, ada intro, melodi pembuka. Di dalam menulis pun, paragraph pembuka setali tiga uang dengan intro. Terserah mau buka dengan narasi, dialog atau apa saja. Begitu pun dengan alur cerita, atur dengan tehnik slow, cepat sekehendak hati. Bikin ritme agar pembaca terangsang terus untuk melahap habis semua paragraph.
Di tengah sebuah lagu, ada yang disebut dengan interlude. Dalam cerita pun hal itu berlaku. Di bagian ini, ketegangan mulai terasa, konflik-konflik menajam. Tokoh-tokoh mulai keluar dari persembunyian, dengan irama midlle atau sedang-sedang saja.
Coda merupakan akhir dari sebuah lagu. Setiap cerita harus ada penutupnya atau ending-nya. Mau akhir yang sedih, tragis, bahagia, lakukan saja. Jangan ragu untuk membunuh cerita di bagian ini. Jangan pedulikan bagus atau tidak. Bila perlu tokoh utama atau jagoan dimatikan, biar pembaca jadi marah, sedih atau kecewa.
5/09/2008
Menulis Seperti Irama Lagu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
dengan kata sederhana bisa saya simpulkan, pembuka, isi, penutup.
mas, saya seorang penulis pemula, kemampuan menulis saya lumayan, tapi sayang saya kurang tempat untuk mengasah kemampuan saya. boleh saya ikutan nimbrung di sini untuk mengasah kemampuan saya menulis?
silakan dengan senang hati
Post a Comment