Dewi Persik jadi gunjingan di beberapa tempat di dalam televisi tanah air. Bukan membahas ukuran payudaranya yang melimpah, tentu saja, tapi bagaimana dia mengemas benda tersebut. Maklumlah, sepasang payudara itu kerap kali memang tidak sepenuhnya terbungkus dengan benar. Sebagian penonton menikmati, sebagian lagi merasa gerah. Saya sendiri tidak tahu di bagian mana saya berada. Menikmatinya justru membuat saya risih sendiri, mengingat konsentrasi saya terpecah antara menikmati suara atau bagian dada, atau pahanya yang sengaja agak terbuka.
Sebenarnya suara sang janda biduanita ini unik. Saya tidak sebut merdu atau bagus dan saya memang tidak peduli. Unik lebih bermakna berbeda dengan penyanyi dangdut lain, Iis Dahlia misalnya. Tapi goyangannya jadi tidak relevan dengan suara unik tersebut. Taruh kata ia mengenakan pakaian sedikit lebih tertutup, suara unik itu tetap tidak berubah dan cukup mampu menghibur saya kan? Mungkin seorang Dewi Persik butuh suntikan nyali lebih besar tentang kepercayaan diri. Dada dan paha yang tersingkap bukan alat untuk menggapai tangga kesuksesan, meski pun pada beberapa kasus hal itu bisa jadi benar. Gerakan sensual bisa jadi menggairahkan meski terbalut busana ketat, seksi dan mengundang birahi. Mungkin ada biduanita yang cocok saya contohkan di sini, siapa ya? Sebentar, biarkan saya berpikir keras, karena saya tidak terlalu paham musik dangdut. Mungkin Uut Permatasari. Mungkin Ikke Nurjanah. Buat saya, mereka keindahan yang menggairahkan tanpa murahan.
4/01/2008
Goyang Dewi Persik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
iya betul tuh...yang penting u suara bukan goyangannya
Post a Comment