Bangsa ini sudah 64 tahun merdeka, tapi pengangguran berbaris panjang di setiap ruas negeri ini. Padahal pendidikan di negara kita tak jelek-jelek amat. Sekolah kita banyak, mulai dari sd hingga perguruan tinggi. Setiap tahun ribuan sarjana dilahirkan dari perguruan tinggi. Lantas, mengapa pengangguran begitu banyak di negeri ini? Apa yang salah dengan anak bangsa ini?
Ternyaya, saudara-saudara, pendidikan kita hanya melahirkan para pencari kerja. Dengan modal selembar ijazah mereka dengan sabar mencari kerja atau mengantri di lowongan kerja. Selain itu, tidak ada lagi yang mereka lakukan. Akibatnya, selama tidak mendapatkan pekerjaan, maka waktu pun jadi terbuang percuma. Mereka tidak memiliki mindset untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Paling tidak, berusaha untuk memiliki bisnis sendiri, menjadi seorang entrepreneur/pengusaha.
Pengusaha kakap Ciputra, mengkritik sikap pemerintah yang tidak menumbuhkan mental atau sikal berwiraswasta kepada rakyatnya.
Menurutnya, Malaysia jauh lebih banyak memiliki entreprenuer dibanding Indonesia. Idealnya, minimal 2% dari penduduk sebuah negara menjadi pengusaha. Hal itu terjadi pada negara Amerika Serikat yang bahkan memiliki 11,5% wiraswasta. Singapura memiliki 4,24 juta wirausahawan pada 2001 atau sekitar 2,1 persen. Sementara Indonesia, ini sangat menyedihkan, hanya 0,18%.
Sikap bangga menjadi karyawan di kantor orang lain, perlu dihilangkan dari mental kita. Menjadi pengusaha, meskipun bisnis sekecil kelingking, itu lebih baik daripada bekerja di perusahaan sebesar raksasa.
Jadi, mari jadi pengusaha hari ini!
5 komentar:
Hello! blogwalking...
visiting you today... pls visit back...
hi! have a good day!
Nice article.
Ijin ikut sharing ya. Menurut saya, kesulitan mendapatkan pekerjaan diakibatkan oleh 2 faktor utama, yaitu tidak seimbangnya jumlah lowongan pekerjaan dengan jumlah pencari kerja, dan kualitas dari para pencari kerja.
Untuk sebab pertama, peran serta pemerintah dibutuhkan dengan cara menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pengusaha. Selama transparansi prosedur belum tercipta dan masih banyaknya pungli, tingkat perkembangan investasi akan mengalami ganggguan karena terjadi inefisiensi biaya produksi, mengakibatkan para investor menghitung ulang rencana investasinya di negeri ini.
Untuk sebab kedua, lebih terletak pada mentalitas. Setahu saya, penduduk Asia pada umumnya dan Indonesia khususnya memiliki tingkat IQ rata2x yang lebih tinggi dari masyarakat Eropa dan Amerika, namun faktanya di dunia kerja kontribusi EQ lebih dominan daripada IQ.
coba bayangkan uang yang sudah dikeluarkan untuk biaya kuliah dari pendaftaran pe lulus??
bayangkan juga seandainya uang buat kuliah itu digunakan untuk modal usaha,kan lumayan gede to??
sarjana kan bisa di tunda to??
usaha dulu,klo dah sukses baru lanjutkan.
Post a Comment