Beberapa kali saya mampir ke blog-blog lain yang menuliskan sulitnya mendapat inspirasi untuk kenulis dalam blog. Kebalikannya, saya malah kewalahan. Di dalam kepala saya terjadi konflik antara ide satu dengan yang lain. Ide-ide itu berebut ingin cepat dikeluarkan dari kepala untuk dituangkan ke dalam halaman blog.
Sekali ini, saya coba menuliskan tentang sesuatu yang aneh, setidaknya menurut saya. Ini tentang pilihan-pilihan hidup. Kenapa seseorang harus menjadi maling untuk demi sesuatu yang sepele? Meminta saja, kalau memang bisa, begitu kata orang-orang bijak. Tapi, setelah dipikir-pikir maling bukan cuma sekadar perbuatan, tapi itu adalah mungkin candu. Ada karakter maling pada orang-orang tertentu yang membuat hidupnyal ebih bergairah. Dengan mengendap-endap di saat orang lain berpaling, ia menikmati situasi yang sebetulnya menegangkan semacam itu. Lolos dari pengawasan orang lain bisa jadi obat bius yang mengasyikkan. Itu bisa jadi seperti mengibarkan bendera kemenangan.
Meminta dari pada maling, ternyata, dianggap sebagai bentuk kekalahan. Misalnya saja, saya minta jambu tetangga, itu mungkin jadi adalah bentuk penyepelean diri sendiri. Sama dengan mengakui si pemilik jambu sebagai juara, pihak yang berkuasa dan saya harus memohon, merendahkan diri kepadanya.
Analisa saya mungkin tidak sepenuhnya benar. Masa sih maling itu nikmat? Kabarnya maling bisa tertular. Lingkungan maling cenderung akan melahirkan maling-maling baru. Karena maling sama seperti iblis yang abadi sampai tiba waktunya ia dipunahkan oleh waktu.
Alasan sepele atau besar tidak menjadi soal. Itu hanya akan menjadi label sebagai maling kecil atau maling besar. Dosanya, apakah kecil atau besar, juga tak lagi sesuatu yang perlu dipertanyakan. Tapi maling, bukan sarana untuk menunjukkan bendera kemenangan, melainkan stempel diri sebagai seorang pecundang belaka.
Maaf, untuk komentar-komentar, para maling pun dipersilakan memberi komentar. Suka atau tidak, terserah saja.
6/19/2008
MALING
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
hai...
sama kaya gan, ujung2nya malah gak jadi nulis, haaha
Post a Comment