Menulis itu mudah, kata Arswendo Atmowiloto. Sepintas, terdengar sejuk di telinga, tapi beberapa pemula setengah mampus menjalankan teori dari penulis terkenal tersebut. Boro-boro menggarap satu artikel lengkap, menulis kata pembukaan aja, tangan sudah kaku. Seakan kita sedang berkelahi dengan kata, kalimat dan ide.
Bagaimana berperang dengan ketakutan-ketakutan itu? Saya dulu sempat dicekam ketakutan semacam itu. Tapi, say abaca beberapa tips-tips dari penulis senior. Tulis saja, seakan tulisan kita adalah yang terbaik di dunia. Buang ke tempat sampah rasa malu, takut atau minder. Urusan bagus atau hancur, belakangan saja. Yang penting menulis hingga titik!
Biar kata-kata meluncur seperti peluru yang tak ada habisnya, kepala perlu diisi dengan wawasan. Banyak baca buku, nonton tv, diskusi adalah cara mudah menambah amunisi ilmu. Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output tulisan kalau inputnya tidak ada.
Selesai sebuah judul tulisan, bukan berarti tugas si penulis selesai. Terakhir kali, ini yang terpenting, adalah mempublikasikannya kepada khalayak. Bisa dengan mengirimkan ke koran, majalah atau buletin. Jangan ngambek bila ditolak para redaktur media. Tak ada seorang penulis yang pertama kali mengirimkan naskahnya langsung diterima. Perlu puluhan, ratusan atau ribuan kali pengiriman, mungkin, baru dimuat. Saya pernah dalam setahun, habis satu rim kertas hvs, baru diterima naskah saya oleh sebuah media cetak. Bangganya setengah mati! Apalagi ada honor buat jajan rujak.
Pilih media yang sesuai dengan karakter tulisan dan kemampuan kita. Masing-masiang media punya kriteria masing-masing. Ada yang super ketat, ada yang lebih longgar. Saya pilih yang longgar saja.
Kalau tidak sabar menunggu dimuat di media cetak terkenal. Tulis saja diblog kamu sendiri. Itu yang paling aman.
Menulis itu sebuah peperangan mental.
3/24/2007
Menulis Itu Sebuah Perang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
Yah, pada sebagian orang mungkin untuk menuliskan sebuah paragraf saja bagai harus berperang, bertempur melawan ketakutan diri, takut karena merasa tidak mampu, bahkan beberapa teman saya juga ada yang begitu, menulis testimoni di friendster saja ia merasa tidak bisa, tapi setelah mencoba, toh ternyata mampu.
Tuliskanlah apa yang ada di benakmu saat ini, dan kata-kata akan meluncur dengan sendirinya...
trims untuk komentarnya.
Post a Comment