Hari itu Abulimit sedang bertugas di tempat kerjanya di sebuah hotel, ketika tiba-tiba orang-orang bersenjata pisau, golok dan kayu menyerbu masuk. Abu tak mengeri apa yang terjadi. Orang-orang itu membabi-buta kepada setiap orang. "Mereka ingin membunuh kami. Tak ada tempat buat kami bersembunyi,"katanya kepada media. Satu tusukan belati menghujam bagian kepalanya, darah segar mengotori kemejanya yang putih. Ia beruntung, karena masih sempat bertahan hidup, sementara ratusan orang lainnya mati dibantai.
Abulimit berasal dari suku Uighur yang mendiami wilayah Urumqi. Sementara lawan mereka hari itu dan hari-hari sebelumnya, adalah suku Han.
Usai kerusuhan berdarah itu, orang-orang Uighur dilarang pemerintah Cina untuk melakukan Sholat Jumat. Sebuah larangan yang aneh, memancing kemarahan umat Islam dari seluruh dunia. Lagi-lagi, kebebasan berkeyakinan dipasung. Orang-orang Uighur, sejak lama, diperlakukan seperti bukan manusia. Suku Han yang menjadi mayoritas di sana, memilki kebencian tersendiri terhadap suku minoritas Uighur yang merupakan minoritas.
Seperti biasa, pemerintah mencegah berita ini tersebar luas dengan membatasi akses internasional. Tapi, kejahatan selalu tercium hidung-hidung kebenaran. Darah yang tertumpah atas nama agama atau suku tidak bisa dibiarkan.
Seperti kata Abulimit, tradisi, pakaian dan bahasa mereka tidak akan pernah bisa ditumpas. Oleh belati sekalipun. Tuhan akan mendengarkan doa-doa orang Uighur. Meski darah tertumpah di atas sajadah-sajadah mereka.
7/13/2009
Doa yang Berdarah dari Urumqi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
Do'a kami selalu menyertaimu wahai saudara-saudaraku di Uighur...
Post a Comment