7/21/2008

Hujan di Suatu Senja di Jakarta



Peristiwa nyata ini terjadi dua bulan silam. Sempat menjadi renungan saya sebelum hari ini saya tuliskan di sini. Mungkin anda juga bisa menjadikannya bahan renungan atau hanya cerita omong kosong. Ceritanya dimulai pada suatu senja ketika rinai hujan mengguyur bumi Jakarta. Saya baru keluar dari sebuah gerai Pizza Hut. Tentu saja kebasahan. Seharusnya saya naik angkutan umum saja untuk menghemat tapi karena bungkusan pizza hut yang besar agak merepotkan. Jadi, saya putuskan untuk menumpang taksi.



Setelah memberi tahu tujuan perjalanan saya, sopir taksi yang berusia sekitar 50 tahun-an itu menancap gas di antara jalanan yang licin. Iseng-iseng saya ajak dia ngobrol, tentang apa saja. Bapak itu, saya lupa namanya, ternyata punya analisa sendiri tentang berbagai hal yang tengah berlangsung di Jakarta dan Indonesia. Hingga akhirnya, saya sedikit membongkar tentang jati diri dan keluarganya.
"Anak saya bekerja di sebuah perusahaan bus,"katanya kepada saya.
"Bagian apa,"tanya saya.
"Kasir gitu deh."
"Wah, asyik itu. Banyak duit dong."
Bapak itu merenung sejenak. Tarikan nafasnya terasa berat. Dia ceritakan jika anaknya sering mendapat tawaran uang amplop dari sopir bus yang sering terlambat membawa pulang bus ke pool. Itu semacam kolusi, biar aman.
"Kalau anak saya mau terima uang-uang itu, kami harusnya banyak uang,"kata Bapak itu kemudian.
Sampai di sini saya yang jadi merenung. Ada suara getir di ucapan Bapak tersebut.
" Harusnya Bapak bangga punya anak jujur seperti itu,"kata saya kemudian.
Tapi Bapak itu ternyata tidak bangga. Sama sekali tidak.
"Sekarang ia memilih untuk berhenti dari pekerjaannya,"katanya lagi.
Saya tercekat.
"Kerja apa dia sekarang?"
"Kuli bangunan."
"Pilihan anak Bapak bagus. Meski kerjanya kasar dibanding sebelumnya, tapi itu jujur."
Bapak itu menarik rokoknya dalam-dalam.
"Tapi, penghasilannya jauh lebih kecil. Keluarga jadi agak susah sekarang."
Sampai di sini saya tak sanggup lagi bicara. Pandangan saya tembus keluar kaca jendela taksi. Memandang bagian Jakarta yang telah melahirkan orang-orang seperti Bapak sopir taksi yang tidak bangga dengan anaknya yang jujur.
Dan hujan pun belum mau berhenti.



Artikel Terkait Lain



0 komentar:

Blog Widget by LinkWithin
 

Jurnalisme Blog. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com